Pandanganku, mengenai Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi
[Departemen Koperasi dan Ekonomi Kreatif]
Oleh : Fahmi Hakiki (2014)
1. Dua Kebijakan Pemerintah Memperlemah Koperasi
PIPnews.co.id
| Kudus – Peringatan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas)
ke-69 yang diperingati setiap tanggal 12 Juli menjadikan sebuah evaluasi
tersendiri bagi Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan
Pusat Muhammadiyah kepada pemerintah yang selama ini mengembangkan koperasi di
tanah air. Menurut Wakil Ketua MEK PP Muhammadiyah, Mukhaer Pakanna dalam
kajian kebijakan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan di Kudus Jawa Tengah,
mengatakan, ada ketidak konsistensi yang dilakukan oleh pemerintah dalam keberpihakannya
terhadap koperasi. Dalam hal ini, dia menyoroti adanya dua
kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) yang
perlu dikritisi.
Pandangan,
Ini akan membuat nilai, jati diri, serta prinsip
koperasi yang akan melemah.
2.
Kebijakan Anggaran, Pemerintah Mesti Fokus Kembangkan Koperasi
JAKARTA – Pemerintah dinilai masih setengah hati
dalam memanjukan dan mengembangkan koperasi di Tanah Air. Salah satu
indikasinya, kecilnya anggaran untuk Kementerian yang membidangi koperasi
tersebut.
Tahun ini, anggaran Kementerian Koperasi dan UKM
hanya sekitar 1, 2 triliun rupiah, atau sekitar 0,0006 persen dari jumlah
Anggaran Pendatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencapai lebih dari 2.000
triliun rupiah.
Anggota Komisi VI DPR, Bowo Sidik Pangarso
mengatakan hal tersbut dalam seminar bertajuk “Revitalisasi Koperasi di Tengah
Masyarakat Ekonomi ASEAN” di Jakarta, Senin (27/6).
Karena kurang pedulinya pemerintah, kata Bowo,
koperasi belum berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Padahal cita-cita
Bung Hatta ingin menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional.
Karena itulah, menurut dia program revitalisas koperasi menjadi sebuah
keharusan yang penting dilakukan.
“Keberpihakan negara di sini diperlukan, ada
sekitar 146 ribu koperasi yang aktif, kalau dibagi anggaran itu tidak cukup
bagaimana koperasi itu mau maju,” kata Bowo.
Peran koperasi sangat strategis dalam
perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi
nasional pada masa mendatang. Karena itu, Bowo mengatakan pemerintah harus
menunjukkan keberpihakan kepada koperasi
Pemberdayaan koperasi secara tersktuktur dan
berkelanjutan diharapkan akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian
nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat
pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil,
dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat.
Pemberdayaan koperasi juga akan meningkatkan
pencapaian sasaran di bidang pendidikan, kesehatan, dan indikator kesejahteraan
masyarakat Indonesia lainnya.
Deputi bidang Kelembagaan, Kemenkop UKM, Choirul
Djamhari menambahkan koperasi butuh usaha serius untuk berbenah diri dalam
menghadapi era MEA, ia menilai koperasi dewasa ini lebih banyak bekerja
sendiri.
“Koperasi bagaimana hadapi kompetisi di Asia,
mari kita koperasikan koperasi, artinya saya merasa puluhan tahun menjadi
koperasi banyak koperasi abaikan identitasnya sebagai koperasi,” jelas
Choirul.
3.
Pemerintah
Masih Tak Berpihak Pada Koperasi
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Ada pesan penting yang tercecer
dari seminar nasional bertajuk Revitalisasi Koperasi di Tengah Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) yang diadakan di Smesco Tower, Senin (27/6/2016). Catatan
itu disampaikan anggota Komisi VI DPR Bowo Sidik Pangarso.
Walapun tiap tahun selalu memperingati Hari Koperasi
Nasional (Harkopnas), tapi nyatanya pemerintah masih belum juga berpihak kepada
gerakan koperasi. Salah satu buktinya, kebijakan anggaran yang dikucurkan
kepada sektor koperasi dan UMKM masih rendah.
“Anggaran 2016 koperasi kita hanya Rp 1,2 triliun, anggaran
Kemenkop jika dibandingan dengan APBN hanya sampai 0,0006% tidak ada 1%,” tutur
Bowo. Jadi, katanya, kalau hanya Rp 1,2 triliun, hanya akan habis untuk
kebutuhan rutin saja.
Padahal, menurut Bowo, keberpihakan negara kepada koperasi
harus dilakukan. Jika dibandingkan dengan Malaysia, koperasi di Indonesia masih
kalah jauh. Itu artinya koperasi di indonesia belum menjadi prioritas negara.
Karena itu, agar dapat berkembang pesat, anggota Fraksi
Partai Golkar ini minta pemerintah menaikkan anggaran tahunannya. “Anggaran
yang digelontorkan harusnya lebih besar hingga mencapai Rp 3 triliun hingga Rp
7 triliun,” kata dia.
Secara teknis, kebijakan anggaran tidak di tangan DPR, tapi
pemerintah yang mengajukannya ke DPR. Dengan bujet APBN ke Kementerian Koperasi
dan UKM yang kecil itu, kata Bowo, menunjukkan Presiden Joko Widodo belum
berpihak kepada koperasi. Padahal, bukankah koperasi merupakan soko guru
ekonomi Indonesia.
Karenanya, dia berharap pemerintah dalam hal ini
kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Keuangan untuk mengajukan
anggaran untuk pengembangan perkoperasiaan yang lebih besar.
‘’DPR tak bisa mengajukan anggaran, kecuali berdasarkan
usulan dari pemerintah sendiri,’ tutur anggota Badan Anggaran DPR ini dalam
seminar yang diadakan Forum Wartawan Koperasi (Forwakop) dan Kementerian
Koperasi dan UKM.
Selain, Bowo, narasumber seminar lainnya adalah
Deputi Kelembagaan Kemenkop dan UKM Choirul Djamhari, Ketua Harian Dewan
Koperasi Indonesia (Dekopin) Agung Sudjatmoko, dan CEO
IPMI-Intenational Business School Jimmy M Rivai Gani.
Sementara itu, Choirul mengungkapkan, jika ingin memenangi
kompetisi di MEA, koperasi jangan hanya menjadi pecudang. ‘’Kita jangan hanya
defensif, tapi juga harus ofensif karena masih ada pasar di luar negeri yang
bisa kita masuki,’’ tutur Choirul.
Jadi, selain menembus pasar dunia, koperasi Indonesia juga
harus bisa mempertahankan pasar domestik. Yang jadi masalah ada di koperasi itu
sendiri, mau berubah atau tidak. Soal itu, Agung Sudjatmoko berharap agar
koperasi dapat dijadikan kembali menjadi gerakan ekonomi di Indonesia.
Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM
(LLP-KUKM) Ahmad Zabadi kepada TeopongSenayan mengungkapkan, yang dibutuhkan
para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah adalah campur tangan pemerintah.
‘’Mereka butuh keberpihakan dari pemerintah, selain permodalan,
juga kebijakan pemerintah untuk mewajibkan penggunaan produk lokal, itu sudah
dicontohkan Korea,’’ ujar Zabadi.
Pandangan,
Ada harapan, keinginan, bahkan cita-cita seorang pahlawan
kita Bung Hatta, menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian Indonesia.
Tetapi keadaan pemerintah hari ini hanya sedikit perhatian terhadap cita-cita
Bung Hatta (KOPERASI) salahsatu contohnya yaitu penganggaran untuk kemenkop,
bahkan pengembangan SDM koperasi yaitu memberi beasiswa Kemenkop di IKOPIN pun
di berhentikan pada tahun ini. bagaimana koperasi bisa birdiri kokoh dengan
prinsipnya sementara pengembangan SDM koperasi pun tidak diperhatikan.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih untuk para pembaca yg berkenan mampir di blog kami, semoga bermanfaat. Mohon sertakan alamat email agar kami bisa membalasnya.